Utopis berarti khayalan, atau berarti hal yang hanya berupa khayalan atau awangan semata. Dalam sejarahnya, kata utopis atau utopia diambil dari buku karangan Thomas More, yang berjudul Utopia atau sering juga disebut Kisah Pulau Utopia (1516). Buku ini bersifat fiksi dan bercerita tentang sebuah pulau khayalan bernama Pulau Utopia yang merupakan gambaran Negara impian dari Thomas More. Buku ini dibagi menjadi dua bagian.
Yang pertama adalah tentang latar belakang dan keadaan yang mengilhami Thomas More membuat Negara impiannya. Keadaan di Inggris pada waktu itu rakyat mengalami tekanan-tekanan baik dari para Raja maupun Bangsawan, ekonomi rakyat mengalami kesengsaraan yang luar biasa sehingga kejahatan terjadi dimana-mana dan terjadinya degradasi moral, kebebasan agama dibatasi, yang mengharuskan rakyat Inggris menganut Kristen Anglikan. Dan terjadinya ketidakadilan sedangkan di sisi lain raja dan para bangsawan hidup berfoya-foya dan hidup mewah diatas penderitaan rakyat.
Bagian kedua Thomas More mulai menuangkan pikirannya tentang Negara impiannya. Sebuah Negara yang ideal dan disenangi semua orang. Diceritakan tentang suatu negara dengan 54 kota yang indah dengan pusatnya di Amaurotum (kawasan pertanian dan banyak persamaan dengan London). Penduduk dibagi-bagi menjadi keluarga-keluarga pertanian yang masing-masing terdiri dari 40 orang, ada kebebasan memilih raja dan sebuah senat yang bertugas membuat undang-undang. Setiap orang wajib bekerja selama 6 jam sehari kecuali mereka-mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan, dan waktu tidur diperbolehkan selama 8 jam sehari. Terdapat pengajaran tentang ilmu falak kepada anak-anak yang ingin mendapatkan pengajaran, filsafat yang dianutnya adalah filsafat untuk mengejar kebahagiaan. Kebebasan untuk memeluk agama diberlakukan untuk seluruh rakyat. Begitulah model negara yang dikhayalkan dan diinginkan dalam buku utopia karangan Thomas More, sebuah buku yang tidak lain merupakan kritikan terhadap keadaan di Inggris pada waktu itu terhadap kaum feodal, bangsawan dan kekuasaan raja.
Namun, semua itu hanya sebuah khayalan dari seorang Thomas More belaka. Itu merupakan sindiran untuk pemerintah kerajaan yang berlaku sewenang-wenang. Siapa yang memaksa parlemen Inggris menerapkan Bill of Rights (1689)? Tentunya bukan Thomas More! Dia hanya sebagai pemikir dan pemimpi. Aksinya terjadi 173 tahun kemudian!
Jangan hanya menjadi pemimpi belaka, jika kamu hanya bermimpi saja maka mimpimu akan hanya menjadi angan-angan yang tak pernah sampai. Jadilah pemimpi yang disertai aksi. Lakukan kerja nyata dan usaha keras untuk mencapai tujuan. Jika kamu hanya mempublikasi impianmu tentang suatu negeri dan tidak melakukan aksi. Maka yang mengeksekusi adalah generasi setelahmu. Kamu tidak akan dapat menikmatinya. Maka ayo bangun dan lakukan aksi nyata!
Yang pertama adalah tentang latar belakang dan keadaan yang mengilhami Thomas More membuat Negara impiannya. Keadaan di Inggris pada waktu itu rakyat mengalami tekanan-tekanan baik dari para Raja maupun Bangsawan, ekonomi rakyat mengalami kesengsaraan yang luar biasa sehingga kejahatan terjadi dimana-mana dan terjadinya degradasi moral, kebebasan agama dibatasi, yang mengharuskan rakyat Inggris menganut Kristen Anglikan. Dan terjadinya ketidakadilan sedangkan di sisi lain raja dan para bangsawan hidup berfoya-foya dan hidup mewah diatas penderitaan rakyat.
Bagian kedua Thomas More mulai menuangkan pikirannya tentang Negara impiannya. Sebuah Negara yang ideal dan disenangi semua orang. Diceritakan tentang suatu negara dengan 54 kota yang indah dengan pusatnya di Amaurotum (kawasan pertanian dan banyak persamaan dengan London). Penduduk dibagi-bagi menjadi keluarga-keluarga pertanian yang masing-masing terdiri dari 40 orang, ada kebebasan memilih raja dan sebuah senat yang bertugas membuat undang-undang. Setiap orang wajib bekerja selama 6 jam sehari kecuali mereka-mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan, dan waktu tidur diperbolehkan selama 8 jam sehari. Terdapat pengajaran tentang ilmu falak kepada anak-anak yang ingin mendapatkan pengajaran, filsafat yang dianutnya adalah filsafat untuk mengejar kebahagiaan. Kebebasan untuk memeluk agama diberlakukan untuk seluruh rakyat. Begitulah model negara yang dikhayalkan dan diinginkan dalam buku utopia karangan Thomas More, sebuah buku yang tidak lain merupakan kritikan terhadap keadaan di Inggris pada waktu itu terhadap kaum feodal, bangsawan dan kekuasaan raja.
Namun, semua itu hanya sebuah khayalan dari seorang Thomas More belaka. Itu merupakan sindiran untuk pemerintah kerajaan yang berlaku sewenang-wenang. Siapa yang memaksa parlemen Inggris menerapkan Bill of Rights (1689)? Tentunya bukan Thomas More! Dia hanya sebagai pemikir dan pemimpi. Aksinya terjadi 173 tahun kemudian!
Jangan hanya menjadi pemimpi belaka, jika kamu hanya bermimpi saja maka mimpimu akan hanya menjadi angan-angan yang tak pernah sampai. Jadilah pemimpi yang disertai aksi. Lakukan kerja nyata dan usaha keras untuk mencapai tujuan. Jika kamu hanya mempublikasi impianmu tentang suatu negeri dan tidak melakukan aksi. Maka yang mengeksekusi adalah generasi setelahmu. Kamu tidak akan dapat menikmatinya. Maka ayo bangun dan lakukan aksi nyata!
0 comments:
Post a Comment