Momototoy Communication

Jasa Sewa HandyTalky Clearcom dan Megaphone TOA Terbaik se Indonesia

Ayo Sewa Handy Talky

Komunikasi adalah salah satu kunci untuk sebuah acara bisa berjalan lancar

Ayow Mudahkan komunikasi kamu

Kami melayani sewa alat komunikasi untuk semua kegiatan dan untuk semua kota

Banyak Diskon Untuk Pelajar

Tinggal tunjukan kartu pelajar kamu, kamu bisa menikmati diskon hingga 30 %

Jasa Kurir

Kami melayani antar jemput barang seluruh Indonesia

Tuesday, September 22, 2015

Komparasi Dengan Korea Selatan

Komparasi Dengan Korea Selatan

Pernahkah Anda berpikir untuk membandingkan antara dua negara yang kemerdekaannya hanya berselisih dua hari? Membandingkan antara seekor macan dengan seekor elang yang patah sayapnya? Kedua negara tersebut adalah Korea Selatan dan Indonesia.

Dua negara ini memang benar, hari kemerdekaannya hanya berselisih dua hari. Korea Selatan, 15 Agustus 1945, dan Indonesia, 17 Agustus 1945. Tapi mengapa hanya beda dua hari saja keadaan dua negara ini bak bumi dan langit? Bisa diingat dahulu bahkan Korea Selatan lebih miskin daripada Indonesia.

Orang Korea tidak merayakan 15 Agustus-an seperti kita di Indonesia. Mereka hanya mengibarkan bendera, sudah cukup. Tidak ada umbul-umbul, spanduk, lomba-lomba, apalagi peringatan yang meriah. Apakah tanpa semua itu mereka tidak cinta negaranya? Jawabannya, pasti tidak! Orang Korea, tidak ada yang tidak cinta negaranya. Jika di Indonesia di tiap kantor dipasang Foto Presiden dan Wakil Presiden, di Korea mereka hanya memasang bendera negaranya. Bagi mereka, "Siapapun Presidennya, negaraku tetap Korea."

Setelah kemerdekaan Korea dari Jepang, mereka masih harus melewati fase perang saudara hingga akhirnya pecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Lebih lagi saat itu, orang Korea teramat miskin, hingga makan nasi (yang merupakan kebutuhan pokok) saja susah. Sehingga setiap bertemu, satu sama lain mereka akan bertanya, �Sudah makan nasi?�, jika belum maka akan diajak makan. Begitu pula dengan kerja keras, sudah tidak diragukan lagi hasil nyata dari kerja keras Korea Selatan saat ini.

Pesan dari Presiden Korea saat itu, �Mari kita bekerja lebih keras dan lebih keras. Mari kita bekerja lebih keras untuk tidak membuat anak2 kita dijual ke luar negeri".
Dan kemudian ditutup oleh quote ini,

"Sekarang, kita berjanji bahwa kita akan menyerahkan sebuah negara yang baik untuk putra dan putri kita, kita akan memberikan negara yg layak untuk dibanggakan."
Tidak seperti Indonesia kala itu, yang setelah merdeka malah ingin menguasai dunia. Membuat garis non-blok dunia. Dengan gengsinya menolak ikut serta dalam keanggotaan dunia dan malah membuat-buat tandingannya. Membuat proyek mercusuar-mercusuar yang sebenarnya mengakibatkan ekonomi Indonesia turun drastis, membengkak, dan tak berdaya. Mendatangkan buruh asal negeri merah. Sesungguhnya mau apa? Bangkitkan ekonomi kita dulu, kerja keras, jangan pantang menyerah. Mana pemegang amanat penderitaan rakyat?

Sekarang Indonesia berada di tangan generasi kita. Bisakah kita untuk memperbaiki negeri ini? Mendatangkan masa kejayaan yang dipimpin oleh Satria Piningit? Semoga bisa.

Bunga Kesayangan Ibu

Bunga Kesayangan Ibu

Ibu hendak pergi ke rumah nenek selama dua hari. Maka, ibu menitipkan bunga mawarnya kepada Rumi, putrinya. Dengan bersemangat, Rumi merawat bunga-bunga mawar milik sang bunda hingga ia tak menyadari bahwa vas bunga itu tersenggol.

Semua bunga yang tersusun pada vas itu menjadi berantakan dan bunganya menjadi rusak. Rumi sangat ketakutan, namun tak bisa melakukan banyak hal selain menunggu ibunya pulang dan mengakui kesalahannya.

Ketika ibunya pulang, Rumi langsung mengatakan yang sejujurnya, �Ibu, maafkan Rumi. Vas bunganya tersenggol dan bunga kesayangan ibu menjadi rusak.�

Ibu tersenyum. Rumi terkejut, �Mengapa ibu tidak marah..?�

�Bunga-bunga itu memang kesayangan ibu. Bunga ibu tanam untuk memberikan keindahan dan bukan untuk marah.�

Terkadang kita akan mengeluarkan emosi ketika kita dapati hal terbaik dalam diri kita terusik. Kita menjadi marah dan melukai banyak orang. Sadarkah kita bahwa kita dianugerahi anak-anak bukan untuk menjadi sasaran kemarahan? Demikian juga suami, istri dan sahabat.

Mereka ada bagi kita untuk membuat hidup kita bahagia sehingga tak layak bagi kita untuk menjadikannya pelampiasan emosi. Sayangi mereka sama seperti Sang Maha Kuasa menyayangi kita. Mereka adalah keindahan yang diberikanNYA.

Janganlah lekas-lekas marah atau memendam amarah dalam hati.